Kalo diartikan secara sederhana, stator merupakan bagian dari alternator yang bersifat stasioner atau statis, alias nggak bergerak. Untuk mengetahui prinsip kerja stator, yuk kita pelajari dasar cara kerja sistem kelistrikan pada sepeda motor.
Sistem kelistrikan pada sepeda motor adalah bagaimana menghasilkan, menyimpan, dan mengkonsumsi listrik. Alternator atau generator menghasilkan tenaga listrik AC (alternating current, atau listrik bolak-balik). Arus AC ini dapat digunakan untuk menyalakan headlamp, lampu senja, lampu speedometer, dan juga sistem pengapian.
Setiap sepeda motor yang memiliki starter elektrik umumnya dilengkapi pula dengan aki atau batere sebagai penyuplai tenaga listriknya. Sayangnya aki nggak bisa menyimpan listrik AC — untuk itu listrik ini musti diubah dahulu menjadi DC (direct current, atau listrik searah) agar bisa disimpan di dalam aki. Nah, komponen pada motor yang bertugas mengubah arus AC menjadi DC adalah rectifier/regulator — Rectifier berfungsi mengubah arus AC menjadi DC, sedangkan regulator berfungsi membatasi level tegangan listrik (voltase) yang disuplai ke batere/aki 12V agar tetap di kisaran 13.8~14.5V. Selebihnya, bakal dilepas dalam bentuk energi panas — ingat, dalam ketentuan fisika, energi tidak bisa dihilangkan/dikurangi/ditambahkan, tapi bisa diubah ke bentuk lain. Kalo dicermati, tugas rectifier/regulator ini sebenarnya sama seperti adaptor AC-DC yang umum kita pakai sehari-hari, misalkan charger hape atau laptop.
Nah, dalam siklus menghasilkan-menyimpan-mengkonsumsi kelistrikan sepeda motor, ketentuan ekonomi juga berlaku di sini, di mana “pendapatan” > “pengeluaran” supaya nggak bangkrut alias tekor artinya, stator harus mampu menghasilkan listrik lebih besar daripada yang dikonsumsi beban keseluruhan — seperti lampu, klakson, dll — agar aki bisa tetap terisi (charge) … Jika sebaliknya, di mana konsumsi listrik > kapasitas yang mampu dihasilkan stator, maka bisa dipastikan aki bakal tekor. Ini biasa terjadi kalo tegangan listrik pada sepeda motor turun di bawah 12.4V. Jadi kalo mau pasang aksesoris listrik juga musti perhitungan. Nggak asal nemplok, nyala, tapi ujung2nya aki tekor
Lanjut … Alternator merupakan komponen pembangkit listrik pada sepeda motor. Fungsinya adalah mengubah energi gerak (kinetik) menjadi energi listrik. Alternator terdiri dari dua bagian, yaitu 1) stator dan 2) rotor magnet atau flywheel magnet.
Stator berupa inti (core) besi yang terbentuk atas lapisan plat tipis dengan sejumlah pole yang tersusun melingkar, seperti jari-jari pada roda kereta kuda. Seutas kawat tembaga dililitkan sekian lilitan/putaran di tiap-tiap pole. Ada pula stator yang terdiri dari tiga kumparan kawat tembaga untuk menghasilkan tiga arus listrik AC, disebut stator 3-phase. Stator ini bisa dikenali dari tiga kabel berwarna kuning sebagai jalur output AC.
Stator bisa memiliki berbagai desain … bisa terdiri dari satu hingga beberapa pole … bisa terdiri dari satu atau lebih kawat tembaga, tergantung spesifikasi output yang diinginkan. Tapi pada dasarnya semua stator memiliki prinsip kerja yang sama.
Flywheel magnet berupa “mangkok” bermagnet yang terdiri dari sepasang magnet — kutub S (South, Selatan) dan kutub N (North, Utara) — yang bergerak memutari stator. Jika magnet ini bergerak melewati kumparan pada stator akan menghasilkan energi listrik. Besarnya energi listrik ini tergantung dari jumlah lilitan kawat, diameter kawat, kekuatan magnet, juga kecepatan putaran magnet.
Beberapa sepeda motor ada yang memiliki dua stator, salah satunya biasanya digunakan untuk sistem pengapian. Biasanya motor dengan sistem pengapian AC menganut metode ini.
Ada juga stator yang dilengkapi dengan pulser — biasanya diletakkan di sisi luar flywheel magnet. Pulser bertugas untuk mengirim “pulsa” atau “denyut” listrik ke CDI sesuai sudut crank melalui satu atau beberapa benjolan yang menempel di sisi luar flywheel magnet. Fungsi utama pulser adalah menentukan timing pengapian. Biasanya motor dengan sistem pengapian DC menganut metode ini. CDI, yang tenaganya bersumber dari listrik AC atau DC, akan mengalirkan arus listrik ke koil pengapian (ignition coil) sesuai timing pengapian. Di dalam koil pengapian ini tegangan listrik akan dilipat-gandakan hingga lebih dari 10 ribu volt, yang selanjutkan dialirkan ke busi.